Menurut Tunggul, walau negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki tingkat partisipasi rendah. Bahkan, lembaga penerbitan pers masih bersifat ekslusif. Rakyat pun baru ditempatkan pada posisi obyek pemberitaan semata yang tidak jarang atas dasar kepentingan tertentu. Untuk itu, JeJeR ada untuk menyatukan visi dan misi, membumikan pers dengan melibatkan semua komponen masyarakat. "Kami akan menerbitkan surat kabar rakyat "Jaringan Rakyat (Jare)" yang setengah isinya diberikan pada masyarakat, memberi ruang pada masyarakat untuk menulis seperti wartawan," kata Tunggul.
Aktivis JeJeR berharap, dengan adanya keterlibatan komponen rakyat, rakyat secara mandiri dapat membenahi budaya, merekonstruksi sejarah dan cita-citanya. "Mencerdaskan diri melalui racikan pengetahuan yang mereka kelola sendiri juga, melakukan fungsi kontrol sosial secara dekat sampai pada meramu hiburan yang mereka sukai," kata Tunggul.
JeJeR sebenarnya tidak berbeda dengan PWI dan AJI, adalah organisasi profesi jurnalistik. Yang membedakannya adalah memiliki media. "Kami akan berusaha mengurangi wartawan tanpa surat kabar dan memfasilitasi mereka jika memiliki kartu JeJeR," kata Tunggul lagi
Tempo | JurnalisRakyat
Posting Komentar