Home » , , , » Istiqlal, Masjid yang Selalu Jadi Kebanggaan Indonesia

Istiqlal, Masjid yang Selalu Jadi Kebanggaan Indonesia

Written By Admin Web on Selasa, 16 Juli 2013 | 07.48





Jakarta - Dari banyak masjid di Indonesia, Masjid Istiqlal adalah yang paling dikenal oleh wisatawan dalam dan mancanegara. Bangunannya paling besar di Asia Tenggara dan nilai sejarahnya, selalu jadi kebanggaan Indonesia.

Bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk menyambangi masjid. Tiap-tiap masjid di Indonesia mempunyai nilai sejarah dan gaya arsitektur masing-masing, yang menarik ditelusuri. Untuk masjid yang paling terkenal di Indonesia, tentu saja Masjid Istiqlal di Jl Taman Wijaya Kusuma, Jakarta Pusat.

"Tentu bisa dibilang Masjid Istiqlal adalah kebanggaan orang Indonesia. Malah kita ingin menjadikan Istiqlal sebagai jendela informasi muslim Indonesia," ujar Kepala Sub Bidang Kemasyarakatan Masjid Istiqlal, Wahidin, Selasa (9/7/2013).

Bukan tanpa alasan Wahidin berucap seperti itu. Menurutnya, setiap turis mancanegara yang jalan-jalan ke Jakarta pasti menyempatkan datang ke Masjid Istiqlal.

Tamu-tamu besar negara pun juga menyempatkan untuk datang ke Masjid Istiqlal dalam kunjungannya ke Indonesia. Jadi, Masjid Istiqlal adalah gerbang para pengunjung yang mau melihat kehidupan umat muslim Indonesia.

"Yang terakhir berkunjung itu Barack Obama, Presiden Amerika. Pertama kali yang datang ke Masjid Istiqlal adalah Raja Faisal dari Arab Saudi. Pangeran Charles juga pernah datang ke sini," papar Wahidin.
Masjid Istiqlal juga tak bisa dilepaskan dari sejarah kemerdekaan bangsa. Awalnya masjid ini diprakasai oleh KH Wahid Hasyim dan Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam pada tahun 1950-an. Hingga akhirnya Presiden Indonesia pertama, Soekarno ikut turun tangan membantu pembuatan masjid dan akhirnya mulai digunakan pada tahun 1978.

"Istiqlal itu dari bahasa Arab yang artinya merdeka. Dulu, para ulama ingin membangun sebuah bangunan untuk mengenang jasa para pahlawan yang kebanyakan umat muslim. Akhirnya, mereka membuat Yayasan Istiqlal hingga dibangunlah masjid ini," ungkap Wahidin.

Masjid yang mampu menampung hingga 200 ribu jamaah ini pun punya cerita menarik. Cerita perdebatan antara Soekarno selaku presiden dan Hatta selaku wakil presiden, tentang letak Masjid Istiqlal.

"Bung Hatta maunya Masjid Istiqlal ada di wilayah HI sana. Sebab, masih kebun dan rawa-rawa. Tapi Bung Karno maunya di sini, tempat Masjid Istiqlal ini juga dulunya adalah benteng milik Belanda dan kawasannya strategis," kata Wahidin.

Benar saja pendapat Bung Karno. Masjid Istiqlal benar-benar terletak strategis, yaitu di pusat kota dan dikelilingi bangunan-bangunan bersejarah lainnya, seperti Gereja Katedral, Monumen Nasional, dan Stasiun Gambir.

Setiap harinya, Masjid Istiqlal yang total seluas 9 hektar ini tak pernah sepi dari kunjungan umat muslim atau wisatawan mancanegara. Menurut Wahidin, setiap hari tak kurang dari 10 bus wisata datang ke Masjid Istiqlal.

"Kebanyakan mereka datang dari Jawa, tapi ada juga dari Sumatera dan Kalimantan. Untuk turis mancanegara, ada yang dari Malaysia, Arab Saudi, hingga Amerika," kata Wahidin.

Di bulan Ramadan, Masjid Istiqlal pun tak pernah sepi dari aneka kegiatan bagi umat muslim. Dari kegiatan buka puasa bersama hingga itikaf, wisatawan bisa ikut beribadah dan menjelajahi bagian dalam Masjid Istiqlal yang penuh nilai-nilai agama.

"Ada 12 pilar di dalam masjid yang jadi simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal. Tinggi menaranya 66,66 meter atau 6.666 cm yang menyimbolkan jumlah ayat di Al Quran. Serta ada 7 pintu masuk, yang namanya diambil dari Asmaul Husna yaitu nama-nama Allah," ujar Wahidin.

Yuk, isi kegiatan di bulan Ramadan Anda dengan datang ke Masjid Istiqlal. Selain memandangi dan memotret arsitekturnya yang megah, habiskan waktu untuk beribadah secara khusyu di sini
Pada tahun 1953 beberapa ulama mencetuskan ide untuk mendirikan masjid megah yang akan menjadi kebanggaan warga Jakarta sebagai ibukota dan juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Mereka adalah KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, yang melontarkan ide pembangunan masjid itu bersama-sama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman. Ide itu kemudian diwujudkan dengan membentuk Yayasan Masjid Istiqlal.

Pada tanggal 7 Desember 1954 didirikan yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut. Gedung Deca Park di Lapangan Merdeka (kini Jalan Medan Merdeka Utara di Taman Museum Nasional), menjadi saksi bisu atas dibentuknya Yayasan Masjid Istiqlal. Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti Merdeka sebagai simbol dari rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SAW. Presiden pertama RI Soekarno menyambut baik ide tersebut dan mendukung berdirinya yayasan masjid Istiqlal dan kemudian membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).

Penentuan lokasi masjid sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung, selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit. Namun akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda, karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Setahun sebelumnya, Ir. Soekarno menyanggupi untuk membantu pembangunan masjid, bahkan memimpin sendiri penjurian sayembara desain maket masjid. Setelah melalui beberapa kali sidang, di Istana Negara dan Istana Bogor, dewan juri yang terdiri dari Prof.Ir. Rooseno, Ir.H. Djuanda, Prof.Ir. Suwardi, Hamka, H. Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000; serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara, setelah proses penjurian yang panjang dengan mempelajari rancangan arsitektur beserta makna yang terkandung didalamnya berdasarkan gagasan para peserta maka akhirnya pada 5 Juli 1955 atas perintah Presiden Soekarno memutuskan desain rancangan dengan judul “Ketuhanan” karya Frederich Silaban dipilih sebagai pemenang sebagai model dari Masjid Istiqlal. 

Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912, anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950. selain membuat desain masjid Istiqlal ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.

Untuk menyempurnakan rancangan masjid Istiqlal F. Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan dan selain itu ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.

Pada sekitar tahun 1950 hingga akhir tahun 1960-an Taman Wilhelmina di depan Lapangan Banteng dikenal sepi, gelap, kotor dan tak terurus. Tembok-tembok bekas bangunan benteng Frederik Hendrik di taman dipenuhi lumut dan rumput ilalang dimana-mana. Kemudian tahun 1960, di tempat yang sama, ribuan orang yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat biasa, pegawai negeri, swasta, alim ulama dan ABRI bekerja bakti membersihkan taman tak terurus di bekas benteng penjajah itu.

Setahun kemudian, tepatnya 24 Agustus 1961, masih dalam bulan yang sama perayaan kemerdekaan RI, menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi umat muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia umumnya. Untuk pertama kalinya, di bekas taman itu, kota Jakarta memiliki sebuah masjid besar. Sebuah masjid yang dimaksudkan sebagai simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Padanan katanya dalam bahasa Arab berarti merdeka dan disepakati diberi nama Istiqlal sehingga jadilah, Masjid Istiqlal namanya.


Tanggal yang bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW itu, dipilih sebagai momen pemancangan tiang pertama oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang ketika itu langsung bertindak sebagai Kepala Bidang Teknik.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Web Master | AFF Template | Web Design
Copyright © 2013. ALFUSOFTMEDIA - All Rights Reserved
Template Created by Web Master Published by web Design
Proudly powered by HTML 5